Potensi Besar Pariwisata Halal di Pulau Lombok
negara Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai harta karun berupa obyek-obyek wisata yang indah dan saat ini sudah sangat berkembang, tetai dalam kurun sekarang masih perlu kita kelola secara profesional. Saat ini sistem syariah sudah menjadi tren global dengan berbagai macam istilah seperti: Halal Lifestyle, Syariah Lifestyle, Familiy Tourism, Moslem Friendly Destinations, Islamic Finance, dan lain sebagainya.
coba dapat di bayangkan negeri jiran malaysia yang disebut sebagai pusat produk halal dunia, Majalah Aljazeera edisi Agustus lalu menyebut Malaysia sebagai ‘Ashimah lishina’ati al halal fi al ‘alam. Di antaranya lantaran makanannya dan minuman halalnya yang disajikan oleh berbagai perusahaan penerbangan internasional adalah produk mereka, padahal Malaysia yang warga Muslimnya sekitar 61 persen dari jumlah penduduk 31.7 juta jiwa itu berhasil disebut sebagai tujuan wisata halal/keluarga.
Majalah Aljazeera mengatakan halal sudah menjadi gaya hidup sehari-hari untuk umat Islam. Bahkan sudah menjadi trend global. Dari makanan ataupun minuman, pakaian atau fashion hingga melalui transaksi perbankan dan lainnya. Produk halal kini sudah menjadi industri besar yang melibatkan uang triliunan dolar.
Bagaimana dengan Indonesia? Negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia ini disebut- sebut sedang menggeliat. Berbagai pihak sedang mengembangkan sektor pariwisata yang ramah bagi keluarga-keluarga Muslim, yang dijamin tidak ada hal-hal yang dilarang oleh agama. Dari mulai pelayanan, hotel, makanan dan minuman, transportasi hingga kegiatan dan obyek wisatanya. Indonesia juga dikatakan sedang mengembangkan produk-produk halal secara besar-besaran, termasuk di bidang kosmetika, yang selama ini kurang menjadi perhatian para Muslimah.
Untuk mengetahui potensi industri Halal Lifestyle mari kita simak data berikut. Berdasarkan data dari State of the Global Islamic Economy 2014-2015, jumlah umat Islam sedunia sekitar 1.7 miliar jiwa. Atau 25 persen dari seluruh penduduk dunia yang berjumlah sekitar 7 miliar jiwa. Penduduk Muslim tersebar di berbagai belahan dunia. Namun, bila kita ambil 56 negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, Produk Domestrik Bruto atau Gross Demestic Product (GDP) mereka mencapai sekitar 6.7 triliun dolar. Bayangkan bila angka itu dirupiahkan!
Dari jumlah itu, dana yang dibelanjakan konsumen Muslim untuk makanan-minuman dan sektor gaya hidup halal diperkirakan mencapai sekitar 2 triliun dolar pada 2013, meningkat 9.5 persen dibadingkan tahun-tahun sebelumnya. Angka ini pada 2019 diperkirakan akan naik mencapai sekitar 3.7 triliun dolar.
Perinciannya, untuk sektor makanan-minuman 1,292 miliar dolar, jasa keuangan 1,214 miliar dolar, travel 140 miliar dolar, pakaian 266 miliar dolar, farmasi 72 miliar dolar, media dan rekreasi 185 miliar dolar, dan untuk sektor kosmetik 46 miliar dolar. Sedangkan dana yang dikeluarkan konsumen Muslim Indonesia untuk Halal Lifestyle sebagai berikut. Untuk makanan 190,4 milar dolar, jasa keuangan 36 miliar dolar, travel 7,5 miliar dolar, pakaian 18,8 miliar dolar, farmasi 4,88 miliar dolar, media dan rekreasi 9,37 miliar dolar, dan kosmetika 3,44 miliar dolar.
Ya, dengan ‘kue’ sebesar triliunan dolar seperti itu tak mengherankan bila kemudian berbagai produk dan jasa yang terkait dengan Halal Lifestyle pun menjadi rebutan banyak pihak. Bukan hanya oleh negara-negara (mayoritas) Muslim, namun juga oleh negara-negara non-Muslim seperti Thailand, Inggris, Australia, Selandia Baru, Spanyol, Korea Selatan, Chile, Jepang, dan lainnya. Masing-masing negara mempunyai kalender tahunan untuk menggelar pameran, expo, seminar, atau apapun namanya.
Indonesia yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia tentu mempunyai potensi yang sangat besar untuk memperebutkan pangsa pasar untuk produk-produk yang terkait dengan Halal Lifestyle ini. Bukan hanya pasar di luar negeri, potensi pasar dalam negeri pun sangat besar. Syaratnya hanya satu: Halal Lifestyle dan yang terkait harus menjadi gerakan besar yang melibatkan semua pihak. Masing-masing pihak harus saling mendukung.
Apalagi jasa dan pruduk halal merupakan hak setiap warga, terutama umat Islam, yang dilindungi oleh undang-undang. Dan, ketika halal menjadi gaya hidup yang bahkan sudah mengglobal, maka di sana juga terbuka luas peluang bisnis. Karena itu sudah sewajarnya bila pemerintah/negara – baik pusat maupun daerah — memberi berbagai kemudahan dan bahkan insentif buat para pelaku bisnis Halal Lifestyle.
Di dalam negeri, Indonesia bisa menarik para wisatawan keluarga Muslim dari berbagai negara, utamanya dari negara-negara kaya di Timur Tengah. Percayalah, sektor wisata kita bisa sangat menarik bila dikelola secara profesional. Dari mulai pantai, gunung, pamandangan alam, mal, pusat-pusat kerajinan, kuliner, seni, dan produk-produk halal lainnya. Sementara untuk pasar luar negeri, Timur Tengah belum tergarap dengan baik. Produk-produk kosmetika, fesyen/pakaian muslimah, farmasi, dan lainnya harus gencar kita promosikan ke Negara-negara kaya Timur Tengah. Jangan sampai kue produk-produk Halal Lifestyle diserobot negara lain.